Salah satu tokoh besar dalam Alkitab adalah Nabi Samuel, dimana dia berhasil dalam menjalankan kehidupannya.
Keberhasilan hidup Samuel tidak terlepas dari pendidikannya saat dia masih menjadi anak. Dan Alkitab mencatat bahwa
<I Samuel 2:26> Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia.
Disini Samuel disukai seimbang baik di hadapan Tuhan, maupun di hadapan manusia (masyarakat). Apakah kita ingin punya anak yang bisa berhasil semacam ini ?
<I Samuel 2:26> Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia.
Disini Samuel disukai seimbang baik di hadapan Tuhan, maupun di hadapan manusia (masyarakat). Apakah kita ingin punya anak yang bisa berhasil semacam ini ?
Mari kita belajar mendidik anak kita serupa Samuel
A. Ibunya Hana
1. Sangat Tekun Berdoa
<1 Samuel 1 : 9-13> Pada suatu kali, setelah mereka habis makan dan minum di Silo, berdirilah Hana, sedang imam Eli duduk di kursi dekat tiang pintu bait suci TUHAN, dan dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu. Kemudian bernazarlah ia, katanya: "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya."
Ketika perempuan itu terus-menerus berdoa di hadapan TUHAN, maka Eli mengamat-amati mulut perempuan itu; dan karena Hana berkata-kata dalam hatinya dan hanya bibirnya saja bergerak-gerak, tetapi suaranya tidak kedengaran, maka Eli menyangka perempuan itu mabuk.
--> Kita orangtua, HARUS mendoakan anak-anak kita.
2. Memberikan motivasi pada Anak kita
<I Samuel 2 : 18-19> Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan. Setiap tahun ibunya membuatkan dia jubah kecil dan membawa jubah itu kepadanya, apabila ia bersama-sama suaminya pergi mempersembahkan korban sembelihan tahunan.
Samuel sudah jelas Tujuan hidupnya, yaitu menjadi pelayan Tuhan. Dan Hana memotivasinya engan selalu memberikan baju efod, yaitu baju pelayan Tuhan.
Kita membebaskan anak kita untuk mengisi dan menjalani hidupnya, tetapi kita harus mendampingi dan memotivasi anak kita dalam mencapai tujuan hidupnya.
1. Sangat Tekun Berdoa
<1 Samuel 1 : 9-13> Pada suatu kali, setelah mereka habis makan dan minum di Silo, berdirilah Hana, sedang imam Eli duduk di kursi dekat tiang pintu bait suci TUHAN, dan dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu. Kemudian bernazarlah ia, katanya: "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya."
Ketika perempuan itu terus-menerus berdoa di hadapan TUHAN, maka Eli mengamat-amati mulut perempuan itu; dan karena Hana berkata-kata dalam hatinya dan hanya bibirnya saja bergerak-gerak, tetapi suaranya tidak kedengaran, maka Eli menyangka perempuan itu mabuk.
--> Kita orangtua, HARUS mendoakan anak-anak kita.
2. Memberikan motivasi pada Anak kita
<I Samuel 2 : 18-19> Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan. Setiap tahun ibunya membuatkan dia jubah kecil dan membawa jubah itu kepadanya, apabila ia bersama-sama suaminya pergi mempersembahkan korban sembelihan tahunan.
Samuel sudah jelas Tujuan hidupnya, yaitu menjadi pelayan Tuhan. Dan Hana memotivasinya engan selalu memberikan baju efod, yaitu baju pelayan Tuhan.
Kita membebaskan anak kita untuk mengisi dan menjalani hidupnya, tetapi kita harus mendampingi dan memotivasi anak kita dalam mencapai tujuan hidupnya.
B. Ayahnya Elkana
3. Takut akan Tuhan dan membawa keluarga Takut Akan Tuhan
<1 Samuel 1 : 3> Orang itu dari tahun ke tahun pergi meninggalkan kotanya untuk sujud menyembah dan mempersembahkan korban kepada TUHAN semesta alam di Silo. Di sana yang menjadi imam TUHAN ialah kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas
Mendidik anak akan Tuhan, dengan menceritakan, bersaksi tentang Tuhan dan ajak doa bersama.
4. Menjadi kepala keluarga yang bijaksana
<1 Samuel 1 : 8> Lalu Elkana, suaminya, berkata kepadanya: "Hana, mengapa engkau menangis dan mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?"
3. Takut akan Tuhan dan membawa keluarga Takut Akan Tuhan
<1 Samuel 1 : 3> Orang itu dari tahun ke tahun pergi meninggalkan kotanya untuk sujud menyembah dan mempersembahkan korban kepada TUHAN semesta alam di Silo. Di sana yang menjadi imam TUHAN ialah kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas
Mendidik anak akan Tuhan, dengan menceritakan, bersaksi tentang Tuhan dan ajak doa bersama.
4. Menjadi kepala keluarga yang bijaksana
<1 Samuel 1 : 8> Lalu Elkana, suaminya, berkata kepadanya: "Hana, mengapa engkau menangis dan mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?"
5. Sepakat dengan istri saat mendidik anak
<1 Samuel
1 : 21 - 23>Elkana,
laki-laki itu, pergi dengan seisi rumahnya mempersembahkan korban sembelihan
tahunan dan korban nazarnya kepada TUHAN.Tetapi
Hana tidak ikut pergi, sebab katanya kepada suaminya: "Nanti apabila anak
itu cerai susu, aku akan mengantarkan dia, maka ia akan menghadap ke hadirat
TUHAN dan tinggal di sana seumur hidupnya."
Kemudian Elkana, suaminya itu, berkata kepadanya: "Perbuatlah apa yang
kaupandang baik; tinggallah sampai engkau menyapih dia; hanya, TUHAN kiranya
menepati janji-Nya." Jadi tinggallah perempuan itu dan menyusui anaknya
sampai disapihnya.
Ingat bahwa
Saat Hana bernazar, dia tidak
memberitahukan suaminya. Tetapi saat Elkana tau nazarnya, Elkana bisa saja
membatalkanya (berdasarkan hukum Yahudi). Tetapi Elkana tidak membatalkannya,
tidak marah-marah karena Hana tidak ijin dulu padanya.
Elkana
mendukung istrinya.
C. Gurunya Imam Eli
6. Mendidik anak kita
<1 Samuel
3 : 8-9> Dan
TUHAN memanggil Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya. Iapun bangunlah, lalu
pergi mendapatkan Eli serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil
aku?" Lalu mengertilah Eli, bahwa Tuhanlah yang memanggil anak itu. Sebab
itu berkatalah Eli kepada Samuel: "Pergilah tidur dan apabila Ia memanggil
engkau, katakanlah: Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar."
Maka pergilah Samuel dan tidurlah ia di tempat tidurnya.
Orang tua
tidak hanya menyerahkan pendidikan anaknya pada sekolah, tetapi mau ambil waktu
untuk mendidiknya, baik pengetahuan, maupun tentang hal kehidupan
kita harus bisa menjadi tempat anak bertanya.
kita harus bisa menjadi tempat anak bertanya.
Kita sedikit
menyoroti Imam Eli, dimana disatu sisi dia berhasil mendidik Samuel, tetapi di
sisi lain dia gagal mendidik kedua anaknya.
Kelakuan anak-anak
Imam Eli, sangat parah, bisa kita baca dibeberapa ayat berikut ini
<2 Samuel
2 : 12-15> Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka
tidak mengindahkan TUHAN, ataupun batas
hak para imam terhadap bangsa itu. Setiap kali seseorang mempersembahkan korban
sembelihan, sementara daging itu dimasak, datanglah bujang imam membawa garpu
bergigi tiga di tangannya dan dicucukkannya ke dalam bejana atau ke dalam kuali
atau ke dalam belanga atau ke dalam periuk. Segala yang ditarik dengan garpu
itu ke atas, diambil imam itu untuk dirinya sendiri. Demikianlah mereka
memperlakukan semua orang Israel yang datang ke sana, ke Silo. Bahkan sebelum
lemaknya dibakar, bujang imam itu datang, lalu berkata kepada orang yang
mempersembahkan korban itu: "Berikanlah daging kepada imam untuk
dipanggang, sebab ia tidak mau menerima dari padamu daging yang dimasak, hanya
yang mentah saja."
<2 Samuel
2:22> Eli telah sangat tua. Apabila didengarnya segala sesuatu yang
dilakukan anak-anaknya terhadap semua orang Israel dan bahwa mereka itu tidur
dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan,
Apa yang menyebabkan kegagalan Imam Eli dalam mendidik anaknya, bisa kita pelajari di 1 ayat berikut ini
<1 Samuel
2 :29> Mengapa engkau memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku, yang telah Kuperintahkan, dan mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel?
dari Ayat
1. MEmandang
Loba terhadap persembahan (korupsi persembahan)
2.
Menghormati anaknya / lebih sayang dari pada Tuhan
3. Mengambil
untuk dirinya sendiri, bagian Terbaik dari persembahan untuk Tuhan
Kegagalan imam
Eli, adalah tidak menjadi teladan bagi kedua anaknya.
Ingat Anak adalah
peniru yang ulung, apa yang dilihat dan didengarnya akan dilakukan.
Tanpa keteladanan
orang tua, anak-anak akan mencari figur lain, dan dapat dibayangkan jika figur
lain ini salah (tidak dalam Tuhan), maka akan rusak anak kita
Tanpa keteladanan,
nasehat kita tidak akan ada ada gunanya, bukan saja anak tidak mendengarkan bahkan
anak tidak akan hormat pada kita.
Kita sudah
melihat keberhasilan Samuel, akan tetapi dalam hal mendidik anak, Samuel tidak
berhasil.
Kelakukan anak-anak
samuel ini menjadi salah satu alasan bangsa Israel meminta Raja
Bisa kita
baca diayat-ayat berikut ini
<I Samuel
8 : 1-3>
Setelah
Samuel menjadi tua, diangkatnyalah anak-anaknya laki-laki menjadi hakim atas
orang Israel. Nama
anaknya yang sulung ialah Yoel, dan nama anaknya yang kedua ialah Abia;
keduanya menjadi hakim di Bersyeba.Tetapi
anak-anaknya itu tidak hidup seperti ayahnya; mereka mengejar laba, menerima
suap dan memutarbalikkan keadilan.
Kenapa Samuel
yang adalah seorang Nabi yang luar biasa, yang hidupnya menjadi teladan bagi
banyak orang ? bisa kita baca alasan kegagalan Samuel di ayat-ayat ini
<1 Samuel
7 : 15 – 17>
Samuel
memerintah sebagai hakim atas orang Israel seumur hidupnya. Dari
tahun ke tahun ia berkeliling ke Betel, Gilgal dan Mizpa, dan memerintah atas
orang Israel di segala tempat itu, lalu ia
kembali ke Rama, sebab di sanalah rumahnya dan di sanalah ia memerintah atas
orang Israel; dan di sana ia mendirikan mezbah bagi TUHAN.
Kegagalan
Samuel adalah “Overdosis” dalam pelayanan, sehingga anak-anaknya tidak
mendapatkan waktu samuel. Anak-anak samuel tidak mendapat figure ayah, tidak
dididik oleh Samuel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar