Selasa, 13 Mei 2014

Menjadi Orang yang beruntung

Dari dulu kita mengasosiaksikan beruntung dengan orang yang kaya, orang yang hidup enak, menikmati hidup, kelimpahan dengan uang. Namun ternyata keberuntungan tidak hanya diukur secara uang, karena yang kita pikir beruntung, ternyata hidupnya begitu rumit.

Karena yang punya rumah gedong, sering kali merasa tidak nyaman. Atau yang punya ranjang dengan harga puluhan juta bisa saja tidak bisa tidur karena memikirkan banyak hartanya. Jadi Keberuntungan bukan ditentukan oleh harta

Jadi seperti apa yang disebut sebagai orang yang beruntung ?

Kita bisa belajar perihal orang beruntung dari Alkitab yaitu Raja Hizkia, kisahnya bisa kita baca diperikop berikut ini :

<II RAJA-RAJA 18 : 1 – 8>
Maka dalam tahun ketiga zaman Hosea bin Ela, raja Israel, Hizkia, anak Ahas raja Yehuda menjadi raja. Ia berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua puluh sembilan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Abi, anak Zakharia. Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Daud, bapa leluhurnya.
Dialah yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Nehustan. Ia percaya kepada TUHAN, Allah Israel, dan di antara semua raja-raja Yehuda, baik yang sesudah dia maupun yang sebelumnya, tidak ada lagi yang sama seperti dia. Ia berpaut kepada TUHAN, tidak menyimpang dari pada mengikuti Dia dan ia berpegang pada perintah-perintah TUHAN yang telah diperintahkan-Nya kepada Musa. Maka TUHAN menyertai dia; ke manapun juga ia pergi berperang, ia beruntung. Ia memberontak kepada raja Asyur dan tidak lagi takluk kepadanya. Dialah yang mengalahkan orang Filistin sampai ke Gaza dan memusnahkan daerahnya, baik menara-menara penjagaan maupun kota-kota yang berkubu.


Ada baiknya kita mengetahu juga sekilas tentang Hizkia, Arti nama Hizkia adalah “Yahwe adalah kekuatanku”. Hizkia adalah Raja Yehuda yang ke 14 memerintah tahun 716 – 697 SM. Dan pada waktu pemerintahan Hizkia :
  • Kerajaan Israel dikalahkan oleh Kerajaan Asyur thn 721 SM.
  • Kerajaan Asyur juga berusaha menyerang Kerajaan Yehuda namun luput dari tangan Sanherib raja Asyur karena pertolongan Tuhan.
Sebenarnya Hizkia mengalami kondisi yang tidak menguntungkan pada waktu pemerintahannya tapi dia tetap menjadi orang yg beruntung.

Lalu di ayat 7 dikatakan “ Kemanapun Hizkia pergi berperang, dia beruntung “
Apa yang membuat Hizkia beruntung ? kita baca di Ayat 7a : “ karena tangan Tuhan menyertai dia “

Jadi Orang yang beruntung adalah :
Orang yg disertai tangan Tuhan dimanapun dia berada dan apapun yang diperbuatnya.

Orang yang beruntung berhasil bukan karena kekuatannya sendiri dan Orang yang beruntung, bukanlah orang yang tidak punya masalah.tapi didalam masalah ada tangan Tuhan yang menyertai dia.

Mari kita pelajari apa saja yang dilakukan oleh Hizkia sehingga sehingga Kitab Suci mencatat bahwa dia orang yang beruntung (tangan Tuhan menyertai dia) :

1. Melakukan apa yang benar dimata tuhan (ayat 3)
Hizkia melakukan apa yang benar dimata Tuhan, bukan apa yang dimata manusia, seperti yang kita baca diayat 3 <II Raja-raja 18:3> Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Daud, bapa leluhurnya.

Melakukan yang benar dimata Tuhan, sering kali tidak mengenakkan daging kita, bahkan terkadang mengundang cemohohan dari orang lain.
Tetapi ingatlah untuk selalu menempatkan Tuhan pada posisi nomor 1, sebab Tuhan melihat hati kita semua seperti di ayat berikut ini

<I Samuel 16:7> Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."

Apakah kita masih menganggap beruntung jika Beli 2 barang dihitung / bayar cuma 1 ?

2. Menjauhkan berhala-berhala (yang membuat hati menjauh dari Tuhan)
Berhala adalah semua hal / segala sesuatu yang menjauhkan kita dari relasi dengan Tuhan. Berhala tidak hanya patung-patung dewa atau pohon atau batu yang disembah, tetapi juga bisa seperti tradisi atau hobi. Pokoknya semua yang menjauhkan kita dari relasi dengan Tuhan, sehingga keterikatan dengan sinetron juga bisa menjadi berhala.

Di ayat 4 dituliskan bahwa Hizkia menjauhkan bukit-bukit pengorbanan, tugu-tugu dan tiang-tiang berhala, termasuk Nehustan

<II Raja-raja 18 : 4> Dialah yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Nehustan.

Cerita tentang Nehustan bisa and abaca di <Bilangan 21 : 9>

Hizkia menghancurkan/menyingkirkan apa saja yang membuat umat menduakan Tuhan. Keputusan ini sebenarnya sulit, karena akan ditentang oleh rakyatnya yang sudah terbiasa, bertradisi menyembah berhala itu. Tapi Hizkia tetap melakukannya, oleh karena itu tangan Tuhan Menyertai dia.

3. Percaya kepada Tuhan dengan segenap hati
Apakah kita percaya kepada Tuhan dengan segenap hati ? atau pernahkah kita percaya kepada Tuhan dengan segenap hati ? mungkin pernah … tapi biasanya saat sudah kepepet, saat sudah tidak ada jalan lain, disaat dokter sudah angkat tangan, barulah percaya kepada Tuhan dengan segenap hati.

Hizkia dituliskan dalam ayat 5 bahwa ia SANGAT percaya kepada Tuhan, karena tidak ada raja-raja Yehuda baik sebelum maupun sesudahnya, yang percaya kepada Tuhan bisa se-level Hizkia
<II Raja-raja 18 : 5> Ia percaya kepada TUHAN, Allah Israel, dan di antara semua raja-raja Yehuda, baik yang sesudah dia maupun yang sebelumnya, tidak ada lagi yang sama seperti dia.

4. Berpaut pada perintah-perintah Tuhan.
Kita seringnya berpaut pada janji-janji Tuhan, dan sering juga kita ucapkan, kita tulis di status BB atau whatup. Tetapi soal perintah-perintah Tuhan, sering kali kita lupa …..

Padahal seharusnya jika kita melakukanlah perintah nya maka otomatis janjinya akan dikabulkan buat kita, karena janji itu adalah bagiannya Tuhan, bagian kita adalah melakukan perintah-perintahNya

Hizkia berpaut pada Tuhan, dia tidak menyimpang sana sini, seperti yang bisa kita baca di ayat ini
 
<II Raja-raja 18 : 6> Ia berpaut kepada TUHAN, tidak menyimpang dari pada mengikuti Dia dan ia berpegang pada perintah-perintah TUHAN yang telah diperintahkan-Nya kepada Musa

MariBelajar seperti anak kecil, yang sangat percaya kepada orang tuanya, kita belajar mengandalkan dan mencari Tuhan dalam segala hal

“MAKA TUHAN MENYERTAI SAYA; KE MANA PUN JUGA SAYA PERGI, SAYA BERUNTUNG.”

Mengapa Allah berdiam diri ?

Ada masanya didalam kehidupan kita sepertinya Allah berdiam diri, hadiratnya tidak bisa kita temui dalam doa ataupun firman. Pernahkah Anda mengalami hal ini ? mengapa hal itu terjadi ? mari kita pelajari dari firman Tuhan.

Hal Allah berdiam diri juga pernah dialami oleh Bangsa Israel, bahkan untuk waktu yang cukup lama yaitu kurang lebih 400 tahun, sejak pembuangan di babel sampai masa perjanjian baru.

Ayub, salah seorang nabi dalam perjanjian lama juga pernah mengalami hal seperti ini, disaat Tuhan seperti berdiam dan menyembunyikan diriNya. Bisa kita baca di perikop Ayub ini

<Ayub 23 : 8-17>
Sesungguhnya, kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia; di utara kucari Dia, Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia. Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas. Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang. Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya.
Tetapi Ia tidak pernah berubah--siapa dapat menghalangi Dia? Apa yang dikehendaki-Nya, dilaksanakan-Nya juga. Karena Ia akan menyelesaikan apa yang ditetapkan atasku, dan banyak lagi hal yang serupa itu dimaksudkan-Nya. Itulah sebabnya hatiku gemetar menghadapi Dia, kalau semuanya itu kubayangkan, maka aku ketakutan terhadap Dia. Allah telah membuat aku putus asa, Yang Mahakuasa telah membuat hatiku gemetar; sebab bukan karena kegelapan aku binasa, dan bukan juga karena mukaku ditutupi gelap gulita."


Jadi bangsa Israel pernah mengalami, Nabi Ayub pernah mengalami dan kita juga pernah atau bahkan sedang mengalami Tuhan berdiam dan menyembunyikan diriNya.

Why ? mengapa Tuhan melakukan hal itu ?

Saya pelajari bahwa ternyata ada beberapa alasan mengapa Tuhan berdiam dan menyembunyikan diriNya, yaitu :

1. Manusia belum siap menerima penjelasan Allah
Kita semua setuju bahwa Tuhan sungguh sempurna dan Dialah Alpha dan Omega, dia tau hari-hari depan kita semua. Akan tetapi tidak semua hal diungkapkan oleh Tuhan kepada manusia. Hal ini akan sejalan dengan kesiapan manusia itu sendiri.

Sama halnya dengan pertumbuhan seorang anak, orangtuanya akan bertahap membukakan / mengajarkan hal-hal, pengetahuan dan skill sesuai umur / kedewasaan si anak itu.
Hal ini agar si anak bisa menerima hal-hal itu sesuai tingkat kedewasaannya dan agar tidak membuat si anak shock, bisa kita bayangkan jika di umur 3 tahun, si anak diajarkan tentang ilmu politik, tentu saja dia tidak akan bisa menangkap hal itu.

Seperti hal akhir jaman, dibukan oleh Allah hanya sebagian sebagian demi sebagian, seiring perubahan jaman. Hal ini sesuai dengan firman Tuhan kepada Daniel

<Daniel 12 : 4 >
Tetapi engkau, Daniel, sembunyikanlah segala firman itu, dan meteraikanlah Kitab itu sampai pada akhir zaman; banyak orang akan menyelidikinya, dan pengetahuan akan bertambah."

Ataupun firman dalam perjanjian baru ini

<Yohanes 16 : 12 – 13>
Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.

“IA” yang dimaksud dalam ayat 13 adalah Roh Kudus.


2. Merupakan proses belajar (ujian / latihan agar dewasa)
Alasan ke dua adalah Tuhan ingin kita belajar atau berlatih. Seperti halnya disaat kita sekolah, disaat kita sedang ujian/ulangan, pastilah Gurunya diam bukan ?

<Ayub 23 :10 -15>
Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas. Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang. Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya. Tetapi Ia tidak pernah berubah--siapa dapat menghalangi Dia? Apa yang dikehendaki-Nya, dilaksanakan-Nya juga. Karena Ia akan menyelesaikan apa yang ditetapkan atasku, dan banyak lagi hal yang serupa itu dimaksudkan-Nya. Itulah sebabnya hatiku gemetar menghadapi Dia, kalau semuanya itu kubayangkan, maka aku ketakutan terhadap Dia.
Allah telah membuat aku putus asa, Yang Mahakuasa telah membuat hatiku gemetar; sebab bukan karena kegelapan aku binasa, dan bukan juga karena mukaku ditutupi gelap gulita."


<2 Petrus 3 : 14 – 15a>
Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.
Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat


3. Allah punya recana lain yang pasti lebih baik, besar dan Mulia
Bisa juga Allah terkesan berdiam dan menyembunyikan diriNya, karena kita sedang menjalankan rencanyaNya, yang berbeda dengan rencana kita.
Ingat yang kita pikirkan dan rancangkan tidak selalu sama dengan rencana Tuhan, jadi terkesan Tuhan berdiam dan tidak membantu kita

<Yesaya 55 : 8 - 9>
Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.

Seperti kisah Yusuf di perjanjian lama, disaat dia harus menjalani sumur, rumah potifar hingga penjara. Disaat-saat itu pastilah Tuhan terkesan diam bagi Yusuf, padahal Tuhan sedang menuntun Yusuf di jalanNya.


4. Tuhan tidak mau ikut campur dulu, Supaya kebenaran atau kepalsuan terungkap
Tuhan selalu tau kapan waktu yang tepat, namun terkadang kita yang merasa Tuhan kok lama sekali tidak bertindak. Tuhan juga panjang sabar, termasuk kepada kita. Jadi sering Tuhan sepertinya mendiamkan orang yang berdosa, orang-orang fasik tidak dihukum.

Tapi bukan berarti ini di biarkan oleh Tuhan, tetapi tunggu kegenapan waktunya. Seperti dalam perumpamaan Tuhan Yesus berikut ini

<Matius 13 : 24-30>
Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."


Sebagai tambahan, dimasa akhir jaman ini dosa, tidak lagi dianggap dosa. Tetapi hanya sekedar kelemahan. Ini adalah tipu daya iblis.

Dan memang Tuhan akan membiarkan yang jahat untuk terus bertambah jahat, tetapi yang baik juga untuk terus menguduskan diri. Semua sampai tiba pada waktu kegenapannya

<Wahyu 22 :11> Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!"